Pages

Labels

Jumat, 18 Juli 2014

Biografi Mbah Hasyim Asy"ari





Pendiri pesantren Tebuireng danperintis Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, ini dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga mengajar para santri membaca buku-buku pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.

Karya dan jasa Kiai Hasyim Asy’ari yang lahir di Pondok Nggedang, Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 tidak lepas dari nenek moyangnya yang secara turun-temurun memimpin pesantren. Ayahnya bernama Kiai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Kiai Hasyim Asy’ari merupakan keturunan Raja Brawijaya VI, yang juga dikenal dengan Lembu Peteng, ayah Jaka Tingkir yang menjadi Raja Pajang (keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir).



Kakeknya, Kiai Ustman terkenal sebagai pemimpin Pesantren Gedang, yang santrinya berasal dari seluruh Jawa, pada akhir abad 19. Dan ayah kakeknya, Kiai Sihah, adalah pendiri Pesantren Tambakberas di Jombang.
Semenjak kecil hingga berusia empat belas tahun, putra ketiga dari 11 bersaudara ini mendapat pendidikan langsung dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman. Hasratnya yang besar untuk menuntut ilmu mendorongnya belajar lebih giat dan rajin.

Hasilnya, ia diberi kesempatan oleh ayahnya untuk membantu mengajar di pesantren karena kepandaian yang dimilikinya.Tak puas dengan ilmu yang diterimanya, semenjak usia 15 tahun, ia berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain. Mulai menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis (Semarang), dan esantren Siwalan, Panji (Sidoarjo). Di pesantren Siwalan ia belajar pada Kyai Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu.Pada tahun 1892, Kiai Hasyim Asy’ari menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di Mekah. Di sana ia berguru pada Syeh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi, gurunya di bidang hadis.

Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy’ari memosisikan Pesantren Tebuireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional.

Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum. Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.Cara yang dilakukannya itu mendapat reaksi masyarakat sebab dianggap bidat. Ia dikecam, tetapi tidak mundur dari pendiriannya. Baginya, mengajarkan agama berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari.
Meski mendapat kecaman, pesantren Tebuireng menjadi masyur ketika para santri angkatan pertamanya berhasil mengembangkan pesantren di berbagai daerah dan juga menjadi besar.

Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat. Organisasi ini telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa.
Meski sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya.

Dengan alasan yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy’ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim, beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di Tebuireng.

Sesudah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya Kiai Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan dimakamkan di Tebuireng.

Berguru Kepada Allah



Kalimat “berguru kepada Allah” terasa asing ditelinga kebanyakan orang. Namun saya terdorong untuk menggunakannya sebagai topik bahasan yang ingin saya paparkan. Saya melihat dari sisi yang lain dari setiap pengajaran suatu ilmu yang disampaikan oleh para guru maupun para pakar. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari membaca buku yang tersusun dari huruf-huruf maupun membaca dari setiap kejadian-kejadian unik dari fenomena alam semesta ini. Apabila kita perhatikan surat Al Alaq ayat 1-5, Allah menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata “membaca”

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah , Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Ayat diatas jelas sekali bagaimana Allah mengajarkan membaca dengan melihat suatu kejadian penciptaan “manusia” mulai dari bentuk mudhgah (segumpal darah) hingga menjadi bentuk manusia yang sempurna. Kalau kita runtun serangkaian kejadian tersebut dengan teliti dan kita bisa ceritakan kembali kepada orang lain maka secara tidak sadar kita telah mengajarkan sebuah “ilmu”. Dan kalau kita khususkan lebih dalam penelitian kita atas peristiwa kelahiran manusia mungkin kita akan lebih banyak mengetahui seperti halnya kejadian yang akan kita perhatikan. Ovum atau sel reproduksi wanita yang telah dewasa itu ditempatkan dalam jaringan yang berbentuk bisul dipermukaan indung telur. Pada saatnya yang tepat ,terbukalah pintu, dan ovum itu bergerak maju kebagian ruang peranakan. Sangat mengherankan, sel tersebut tidak musnah disini, tetapi diarahkan keujung saluran indung telur, yaitu satu pipa saluran menuju kandungan.

Ovum atau sel reproduksi wanita didorong kedalam kandungan melalui saluran indung telur dengan sejumlah besar jari-jari halus yang menyapu sel itu dan menggerakkannya. Sementara sel tersebut melewati saluran indung telur, maka sekarang ia dapat bertemu dengan sperma apabila hubungan kelamin diadakan pada saat itu. Apabila tidak ada sperma laki-laki yang menyerang, ovum itu kemudian bergerak dedalam kandungan, pada akhirnya musnah disana. Namun jikalau kedua sel itu bersatu, maka “hidup baru pun mulailah”, sel baru ini akan bergerak secara perlahan untuk meneruskan perjalanannya dalam saluran indung telur, hingga sampai dikandungan. Disanalah ia bermukim selama sembilan bulan. 

Kemudian sel itu berkembang menjadi bayi yang sempurna. Subhanallah .. ternyata kita bukan apa-apa, dan kita hanya menyaksikan sebuah peristiwa berlangsung. Kita hanya sebagai saksi atas ‘pekerjaan’ Allah yang logis dan mudah dicerna oleh siapa saja yang mau berpikir. Dengan cara demikian Allah berkomunikasi memberikan ajarannya melalui perantara “kalam” sehingga manusia menjadi tahu dan berilmu. Dari setiap system yang berlaku dalam penciptaan tersebut Allah sekaligus mengilhamkan sebuah “pengertian ” atau kefahaman bagi si pembaca.

Mari kita pertegas lagi dengan surat al Mu’minun ayat 12-14:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ,lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging . dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang- belulang. Lalu tulang-belulang itu Kami bugkus dengan daging.Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik”.

Banyak orang mengajarkan ilmu kepada muridnya namun ia tidak mampu memberikan kefahaman, … banyak guru mengajarkan ilmu agama namun ia tidak bisa memberikan secuil iman, dan banyak guru mengajarkan shalat dan rukunnya namun ia tidak bisa memberikan kekhusyu’an. Dan banyak majelis pembersihan jiwa namun ia tidak bisa membersihkan jiwanya (An Nur 21)
Ada peristiwa menarik yang perlu kita simak dari sekitar lingkungan kita sehari-sehari … Saya mengajak pembaca untuk memperhatikan perilaku binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terkadang terlupakan bagi kita untuk mengambil pelajaran.

Ada yang ingin saya ungkapkan sebuah rahasia Allah, saat kita bertutur mengenai perilaku binatang dan tumbuh-tumbuhan, bagaimana lebah menciptakan sarangnya dengan arsitektur yang indah, para semut yang bekerja dengan tekun dan kompak serta mengelompokkan dalam pekerjaan dengan menajemen yang sangat rapih. Dan kita perhatikan seperti apakah sarang semut itu? Mereka membuat sarang terdiri dari ruangan-ruangan yang berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan makanan, ruang untuk menyimpan larva, ruang makan ratu semut yang dilayani semut pekerja dan tempat bertelur, kemudian telur semut tersebut dibawa oleh pekerja ke ruangan khusus penyimpanan telur. Ruang semut jantan dan ruang semut betina terpisah. kepompong yang sudah menjadi semut sempurna diletakkan pada ruangan tersendiri dan para semut ada yang bertugas merobek kepompong untuk mengeluarkan semut-semut yang masih bayi. Kita lihat diruangan yang lain, semut- semut ini memelihara kepompong kupu-kupu hairstreak. Mereka merawatnya dan memberinya makanan layaknya bayinya sendiri. Mereka mengharapkan kelak anak angkatnya ini mampu membalas jasa baiknya dengan memberi madu yang manis.

Mari kita tinggalkan rumah semut yang damai dan sejahtera, menuju istana rayap yang penuh keajaiban. Sebuah gundukan tanah sarang rayap, yang kelihatannya sepele ternyata ada sebuah kecerdasan yang mengalir pada diri para penghuninya … bagaimana tidak, saat suhu udara diluar bergerak antara 35 derajad (pada malam hari) hingga 104 derajad fahrenheit (pada siang hari), suhu didalam sarang tetap stabil. Kira-kira hanya 87 derajad fahrenheit, kehebatan ini yang membuat arsitek di Zimbabwe berguru pada rayap. Mereka ingin membuat rumah yang dingin seperti rumah rayap. Ternyata ada sebuah lobang angin dibawah gundukan … udara yang hangat disiang hari mengalir keseluruh ruang. Sementara ruang-ruang itu telah basah oleh lumpur yang dibawa rayap dari genangan di bawah tanah, makanya, didalam sarang udara tetap lembab. Jadi tak heran jika jamur yang dibutuhkan rayap sebagai makanan tumbuh subur disini.

Belajar dari melihat dan memperhatikan apa yang dilakukan rayap, para arsitek pearce partnership di Harare, Zimbabwe, menerapkan ide yang sama untuk mebangun sebuah komplek perkantoran dan real estate. Maka berdirilah bangunan Eastgate. Banguan tersebut sebenarnya terdiri dari dua bangunan. Dibagian atapnya dihubungkan oleh semacam jembatan miring berbahan kaca, sehingga angin menjadi bebas masuk pada malam hari. Kipas-kipas yang dipasang disetiap ruangan mengalirkan udara dingin dari luar atrium. Udara masuk rongga dilantai dasar. Persis seperti lubang rayap, dibagian dasar ini, udara segar mengalir kesetiap ruang perkantoran melalui ventilasi lantai. Udara panas disiang hari akan keluar gedung melalui cerobong diatas atap.

Kita perhatikan makhluk yang tidak memliki akal dan tiada mampu berfikir, makhluk yang tiada daya namun siapa yang membekali ia kemampuan bersiasat, berpengertian? Memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa. Bagaimana mereka mendapatkan kecerdasan dan berpengertian tersebut. Apakah mereka bisa dengan sendirinya.

Allah lah yang bertutur kata kepada semua makhluknya. Allah yang memberikan wahyu kepada para Nabi, kepada ibu Musa, kepada lebah, kepada semut, kepada langit dan bumi, kepada manusia, kepada pencuri sekalipun !
Semua makhluk telah mengikuti kehendak Ilahi dan perintah Ilahi dengan terpaksa ataupun suka cita. Allah membuat hukum yang harus diikuti semua makhluk, hal ini bisa kita rasakan dalam renungan yang hening … kita perhatikan keluar masuknya nafas … kedipan mata dan degup jantung yang bergerak mengalirkan darah sambil mengirimkan nutrisi menggantikan sel-sel yang hilang … indahnya penglihatan memandang alam … suara debur ombak menggema menembus telinga ….dan lidah merasakan lezatnya buah-buahan dan biji-bijian. Oh .. alangkah indahnya semuanya ini, manusia hanya bisa merasakan dan menyaksikan. Tidak sedikitpun kita ikut andil dalam membuat rasa semua ini !!!!

Rasakan dengan penuh hikmah bahwa kita sebenarnya hanya diam terpaku dalam kesibukan Allah (Af’alullah), Allah yang menggerakkan bumi dan bintang-bintang … Allah yang mengatur senyawa-senyawa bereaksi ….dan butiran-butiran atom bergerak pada porosnya.
“dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui apa-apa, kemudian Allah memberi kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta pikiran (perasaan), supaya kamu bersyukur (An Nahl : 78)
Firman Allah:
“Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata kepadanya dan pada bumi; silahkan kalian mengikuti perintah- Ku dengan suka hati atau terpaksa .jawab mereka: kami mengikuti dengan suka hati ” (Fushilat ayat 11)
Mari kita perhatikan alquran dalam surat Fushilat ayat 12
“Maka Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua hari dan “mewahyukan” perintah-Nya pada tiap-tiap langit itu, dan Kami hiasi langit dunia dan pelita-pelita dan Kami memeliharanya, Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”

Allah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Allah lah yang menuntun manusia, memberikan inspirasi, ilham dan wahyu. Tubuhnya patuh mengikuti perintah Tuhannya tidak terkecuali orang kafir. Sunnah-sunnah Allah berlaku kepada alam semesata baik yang mikro maupun yang makro.
Syaikh imam An Nafiri berkata ” Tuhanku bertutur kata kepadaku”… Demi keimanan bahwa sumber segala hakikat dan sumber segala pengilhaman ialah Allah Swt semata …
Baiklah kita nukilkan apa yang tertera dalam kitab suci Alquran setiap yang disebut wahyu itu adalah wahyu tasyri’ atau wahyu syariat, tetapi ada wahyu ilham. dimana Allah memberikan perintah- perintah atau instruksi-instruksi kepada makhluknya, Firman Allah Swt:
Dan Tuhanmu “mewahyukan” kepada lebah (An nahl 16:18)
Dan kami “wahyukan ” kepada ibu Musa (Al Qashas 28:7)
Dan Ia “mewahyukan” kepada tiap-tiap langit itu urusan masing-masing (Fushilat 41:12)

Kata “wahyu” yang tertera dalam ayat-ayat diatas , secara tegas bahwa Allah tidak menutup-nutupi kepada pembaca, bukan siapa-siapa yang membisikkan dan menggerakkan tubuh manusia yang oleh pakar biasa disebut alam kecil atau gambaran mini tentang alam semesta. Dialah Allah yang bersembunyi dibalik kasat mata manusia yang buta hatinya. Ia yang menggerakkan bumi , langit , bintang-bintang, matahari … dan mengajarkan lebah berdemokrasi dalam memilih pimpinan dan perundang-undangan pemilihan. Ia menuntun lebah-lebah ini untuk membuat konstruksi bangunan rumahnya yang indah. Masing-masing dibekali wahyu dari tuhan-Nya untuk melaksankan tugasnya dengan sempurna. Mereka seperti rasul-rasul sang utusan, mereka begitu mematuhi perintah-Nya tanpa membantah, sehingga jalan mereka tidak berbenturan dengan fitrah Allah Yang Maha Suci.

Berpegang pada hasil kontemplasi pada alam semesta yang berada di sekeliling kita, baik yang jauh seperti galaksi atau bimasakti, bintang, matahari, bulan, maupun yang dekat seperti bumi, gunung, lautan, angin, hujan dan sungai, semua makhluk yang dikatakan tak bernyawa, dan makhluk&endash;makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia, kita telah berhasil memberikan penafsiran dan pengertian yang menunjukkan adanya kecocokan antara ayat-ayat Allah didalam kitab suci Al Quran dengan ayat-ayat Allah di alam semesta. Dengan perkembangannya dan sempurnanya sains kita akan mempunyai informasi yang lebih banyak ayat-ayat Al Quran, yang sekarang belum kita fahami, dan lebih mendalam lagi ayat-ayat Al Quran yang kini telah dapat kita fahami sedalam apa yang dapat disajikan sains pada saat ini.

Keadaan ini dapat kita capai karena kita mengikuti perintah Allah untuk berintizhar pada alam semesta itu agar kita dapat melihat ayat- ayat Allah ,tanda kebesaran Allah, tanda-tanda kekuasaan-Nya serta wahyu-Nya. Ayat-ayat Allah ini boleh dibaca oleh siapa saja dan mereka akan medapatkan hikmahnya dan manfaat dari hasil membaca ayat- ayat tersebut. Maka jangan salahkan orang kafir kalau mereka bersungguh-sungguh meneliti dan mendata apa yang mereka baca dari kejadian alam lalu mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniah. Dan sebaliknya Allah akan membiarkan ummat Islam terkapar, jika memang ia tidak mau menjalankan syari’at secara kauniah yang merupakan ketetapan dan sunnah-sunnah-Nya.

Nyata pula bahwa melalui jalan intizhar pada isi bumi, baik yang hidup maupun yang mati serta atom dan molekul, Allah mengungkapkan hukum-hukum alam-Nya, dan mengizinkan kita untuk meng-analisis kembali bagaimana bumi tercipta dan berkembang, dan makhluk hidup diciptakan serta dievolusikan Allah dalam rangka penyempurnaannya hingga tercipta manusia. Sekalipun ia tersusun dari zat-zat kimiawi yang berkelakuan sesuai ketetapan sunnatullah, manusia bukan sekedar onggokan bahan kimia atau struktur kimiawi yang mengikuti hukum-hukum alam hingga merupakan mekanisme yang memperlihatkan gejala hidup, bermetabolisme, tumbuh, berkembang biak dan sebagainya.

Dalam diri manusia terdapat suatu kesadaran, sesuatu yang tak dapat dikembalikan pada proses kimiawi atau fisis yang kita ketahui. kita lihat dalam surat al Hijr 28-29
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang berstruktur, maka apabila Aku telah meniupkan kepadanya roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
Jadi manusia diberi roh oleh Allah, diberi kesadaran serta kemampuan abstraksi dan berkomunikasi secara lisan maupun simbolik, kemampuan analisis dan sintesis, berakal dan berpikiran. Kesemuanya itu merupakan intrumen yang disediakan dalam rangka untuk menjalankan tugas kekhalifahan. Pada bab-bab sebelumnya sudah saya singgung mengenai Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia. Dia yang mengajarka jiwa manusia melalui kalam baik tentang jalan kebajikan maupun jalan kejahatan. Dimana kejahatan dan kebajikan hampir tidak bisa dibedakan dalam penggunaannya. Ilmu yang yang digunakan oleh koruptor dalam mencuri uang perusahaan misalnya, ia menggunakan ilmu yang sama dengan ilmu yang digunakan oleh orang yang beriman yaitu “ilmu akunting”. Jadi jelas bahwa Allah telah menurunkan ilmu kepada manusia melalui jiwanya, namun manusialah yang akan menentukan ilmu itu akan diarahkan kemana ia mau. Apakah jalan kebajikan ataupun jalan kejahatan. Maka beruntunglah bagi manusia yang membersihkan jiwanya sebab ia akan diberikan kemudahan oleh Allah untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Dan sebaliknya sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya sebab ia akan mendapatkan jalan kemudahan untuk berbuat kejahatan.

Dari semua uraian diatas mengenai bagaimana Allah mengajarkan manusia melalui kalam-Nya, mari kita merenungkan kembali dan melihat kebenaran dengan jujur, jangan kita membuat apologi untuk menghindar dari kebenaran yang nyata atas perbuatan Allah. Terkadang kita banyak terjebak oleh istilah yang membingungkan dan menjauhkan kita dari kegiatan Allah yang langsung kita bisa rasakan. Kebingungan kita bertambah tatkala ilmuwan-ilmuwan atheis mengatakan bahwa semua kejadian alam ini bisa bergerak dengan sendirinya atau biasa disebut “natural”, insting atau gharizah Namun Al Quran secara tegas membantah pendapat kaum atheis itu, bahwa Allah-lah yang mengatur semuanya ini, Allah-lah yang berbicara dan memerintahkan langit, bumi, atom-atom, kepada binatang serta tumbuh-tumbuhan, kemudian Allah berbicara kepada roh manusia melalui ilham dan wahyu. Lantas mengapa kita takut mengatakan “saya berguru kepada Allah” dalam segala hal, karena Dialah Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang nyata maupun yang ghaib.

Banyak orang meragukan bagaimana kalau kita “tersesat” dan ternyata syetan yang menjadi guru kita? Saya akan kutib perkataan Syaikh Ar Rifa’i, dalam kitab Jalan Ruhani oleh Syaikh Sa’id Hawwa hal 73:
“Sebenarnya tujuan akhir para ulama dan para sufi adalah satu”. Ini perlu kami utarakan disini, sebab beberapa ulama yang kurang faham selalu menghujat setiap orang dengan perkataan: “Orang yang tidak memiliki syaikh, maka syaikh-nya adalah syetan. ungkapan ini dilontarkan oleh seorang sufi yang berpropaganda untuk syaikh-nya yang alim atau dilontarkan oleh sufi yang keliru, yang tidak tahu bagaimana seharusnya ia mendudukkan tasawuf pada tempat yang sebenarnya. Sebenarnya orang yang tidak memiliki syaikh adalah orang bodoh yang tidak pernah belajar, menolak dan lari dari pendidikan. Manusia macam inilah yang bersyaikh pada syetan!! Sedangkan yang berjalan atas dasar ilmu pengetahuan, itu berarti imam dan syaikh nya adalah ilmu dan syariat.

Syaikh Abdul Qadir Jaelani mengisahkan perjalanan keruhaniannya yang ditulis dalam kitab “Rahasia Kekasih Allah”, saat dimana ia bertawajjuh dalam tafakkur dengan khusyu’, saat ia meluruskan jiwanya melayang menuju yang maha ghaib, saat ia melampiaskan rohnya yang penat terkungkung oleh sibuknya dunia, ia tinggal kan seluruh ikatan syahwati yang sering mengajak kejalan kefasikan. Ketika roh sang Syaikh mulai ekstase dalam puncak keheningan dan kecintaan yang mendalam kepada Sang Maha Kuasa, baru selangkah rohnya meluncur lepas untuk memasuki kefanaan,tiba-tiba muncul cahaya yang terang benderang meliputi ruangan alam ruhani Syaikh. Dan kepada sang Syaikh di wangsitkan sebuah amanah yang membebaskan darinya dari ikatan “syari’at Allah” dengan memberikan alasan bahwa sang Syekh sudah mencapai kedekatan kepada Allah. Perjalanannya sudah sampai (wushul) dan tidak perlu lagi shalat, haji zakat dan dihalalkan semua yang pernah Allah haramkan. Namun sang Syaikh ini rupanya telah memiliki ilmu ma’rifat kepada Allah dengan landasan Al Quran dan Al Hadist, dimana ia diselamatkan oleh pengetahuan tentang Allah, bahwa Allah tidak sama dengan makhluq-Nya, tidak berupa suara, tidak satupun yang bisa membandingkan-Nya. Dia Maha Ghaib dan Maha Latif. Pengetahuan yang cukup, yang dimiliki sang Syaikh mengalahkan wangsit yang keliru tadi, dengan tuntunan syari’at yang ditentukan oleh Allah sendiri. Ia selamat dari jebakan syetan yang terkutuk . 

Allah-lah sebagai penuntun menuju hadirat-Nya. Dialah sang Mursyid sejati, tidak satupun manusia yang mampu menghantar roh manusia lain menuju kehadirat Allah ‘azza wajalla.

Kita perhatikan para nabi seperti nabi Ibrahim, beliau mengetahui dengan jelas siapa yang menggoda ketika beliau mendapatkan perintah untuk mengorbankan putranya Ismail untuk disembelih. Namun nabi Ibrahim memiliki jiwa yang bersih dan berada pada wilayah keruhanian yang tinggi. Sehingga beliau mengetahui siapa sebenarnya yang menggodanya. Sebab kedudukan dimensi syetan masih berada jauh dibawah kedudukan orang mukmin yang mukhlisin (berserah diri kepada Allah). Hal ini juga pernah dialami oleh nabi Yusuf saat gejolak syhwatnya menguasai jiwanya. namun saat itu pula sabi berserah diri dengan ikhlas kepada Allah, sehingga Allah menurunkan burhan dihatinya, yang pada akhirnya nabi Yusuf selamat dari perbuatan mesum dengan wanita cantik jelita yang menggodanya. Hal ini pernah dikeluhkan oleh syetan kepada Allah bahwa dirinya akan selalu menggoda setiap anak cucu Adam sampai hari kiamat. Namun ia tidak mampu menjerumuskan kedalam kesesatan bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.

Banyak informasi mengenahi Allah yang keliru, sehingga belajar ketuhanan terkesan sulit dan sangat membingungkan. Kita lihat banyak buku-buku mengenai theologi, ia berbicara eksistensi “Tuhan” namun kita tidak pernah diajak melihat secara sederhana. Atau kita banyak berbicara mengenai Allah, tentang kekuasaan-Nya, kehebatan-Nya, dan kemaha pengasihan-Nya, akan tetapi kita merasakan sedang membicarakan sosok yang jauh disana. Padahal kita sedang berada didekat-Nya, dan sangat dekat É Keseder-hanaan firman-firman Allah dalam mengungkapkan keberadaan diri-Nya sering disalah tafsirkan. Sehingga bertambah jauhlah dia dari pengertian yang seharusnya.

Kita banyak terhijab oleh pengetahuan yang menutup eksistensi Tuhan dalam hubungannya mengenai pengajaran dan bimbingan melalui “ilham”. Kita sudah terlanjur terbelenggu oleh pengertian bahwa Allah tidak berkata-kata lagi kecuali hanya kepada nabi-nabi, para rasul dan para wali. Namun disisi lain mereka mengharapkan Allah memberikan jawaban-jawaban atas doa-doanya, bimbingan-nya, ismatnya dan taufiqnya. Dan mereka menolaknya kalau kita katakan bahwa kita akan belajar atau berguru kepada Allah masalah hidup, masalah khusyu’ masalah penyelesaian rumah tangga, atau menanyakan informasi hal-hal yang akan kita lakukan nanti.

Kita telah melupakan bahwa ayat-ayat Al Qur’an banyak menyiratkan makna yang belum bisa kita lakukan. Ayat-ayat perintah atau amar seperti shalat, zakat, haji, sedkah, berjilbab, dan lain-lain, kita bisa lakukan dengan segera. Namun banyak ayat-ayat berupa penjelasan atau menceritakan keadaan (hal) orang-orang yang beriman. Dimana kita tidak akan mampu melakukannya kalau bukan karena hidayah atau tuntunan, yaitu berupa kekusyu’an, menangis dalam shalat atau bergetar ketika dibacakan ayat-ayat Allah, merasa tenang dan tidak ada rasa khawatir. Sikap ruhiyah inilah yang kita tidak miliki !
Dan tidak mungkin kita bisa lakukan semudah mengangkat takbir atau membaca ayat Al Qur’an. Hidayah, bukan hak kita untuk memberikan kepada murid atau anak kita. Hidayah adalah hak Allah kepada hamba- hambaNya yang terpilih. Hidayah adalah pengalaman pribadi dan merupakan tuntunan dan tarikan ruhani. Kepada jiwa itulah cahaya Allah memberikan karunia kekusyu’an dan keimanan yang dalam. Pengalaman-pengalaman itu ditulis dalam Al Qur’an berupa keadaan yang mesti didapat secara rasa, bukan ditafsirkan. Pengalaman-pengalaman tersebut akan menjadi pemicu bagi yang merasakan sebagai penguat keimanan kepada Allah swt.

Rasulullah sendiri pernah mengalami kesulitan dalam memberikan wejangan kepada pamannya saat menjelang kematiannya. Dan pamannya tetap dalam keadaa kafir, sekaligus teguran kepada Rasulullah bahwa beliau ditugaskan hanya sebagai pembawa berita baik dan ancaman dari Tuhannya, bukan memberikan hidayah atau memberikan iman kepada manusia. Dengan demikian seharusnyalah kita mengharapkan dan memfokuskan diri dalam melatih jiwa kita untuk selalu hadir berguru kepada Allah, memohon hidayah dan tuntunan. Dengan hanya berserah diri kepada Allah-lah kita akan mendapatkan hidayah dan bimbingan, seperti para nabi, para wali, lebah, semut bumi dan langit. Semuanya mendapatkan bimbingan dan petunjuk karena mereka adalah orang-orang dan makhluk yang berserah diri secara total kepada Allah swt. Mari kita hilangkan rasa takut tersesat. Rasa takut yang tidak beralasan inilah yang justru menjebak kita untuk berhenti mendekati Allah. Syetan telah berhasil memanfaatkan alasan “tersesat” sehingga kita lupa bahwa kita telah dan sedang tersesat, tidak berdzikir kepada Allah.

Untuk lebih jelasnya kita harus mengetahui bagaimana Allah menurunkan wahyu dan ilham kepada manusia. Dan apakah sebenarnya ilham atau wahyu itu?. Penjelasan ini penting untuk bekal bagi para pejalan keruhanian. Karena belakangan ini banyak orang menawarkan bentuk kerohanian yang bukan datang dari Islam. Kesan ruhiah Islam telah hilang, karena informasi kerohanian Islam tidak mudah didapat disembarang tempat, apalagi didepan khalayak ramai. Kondisi inilah yang menyebabkan khasanah ilmu kerohanian didominasi oleh kerohanian yang tidak berasal dari ketauhidan murni. Untuk itu wajar sekali kalau banyak kalangan yang takut belajar kerohanian, sebab yang mereka dengar dari setiap pelaku kerohanian cenderung berbicara soal ‘klenik’, perdukunan, ramalan, serta fenomena keadaan alam-alam ghaib yang menyeramkan.


PERBUATAN MANUSIA

Tinjauan filsafat yang lebih menonjol terhadap manusia adalah menyangkut kebebasan. Perbuatan manusia dilihat dari segi efektivitasnya. Pandangan terhadap hal ini mempunyai akar pada konsepsi tentang hakikat manusia dan daya-daya yang dimilikinya. Apabila manusia mempunyai hakikat dengan daya-daya yang efektif pada dirinya, ia dengan sendirinya adalah pelaku perbuatan-perbuatannya. Sebaliknya, apabila manusia dipandang tidak mempunyai daya-daya yang efektif pada dirinya, perbuatan-perbuatannya, pada dasarnya, tidak berasal dari dirinya sendiri. Perbuatan-perbuatan itu merupakan hasil determinasi kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya. Manusia dalam hal ini tempat berlakunya kekuatan-kekuatan itu.

Menurut Al Ghazaly didalam Ma’arij al quds, perbuatan adalah bagian dari gerak. Apabila gerak dikaitkan dengan manusia, maka gerak tersebut dapat dibedakan atas gerak yang tidak disadari (at thabi’i) dan gerak yang disadari (al iradiyyat). Gerak yang tidak disadari, kita sudah maklumi bahwa tubuh manusia dikatakan miniartur alam semesta, dimana unsur-unsur alam bergerak dan berkembang mengikuti perintah dan peraturan- peraturan Allah semata.

Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat). 
Yang lebih dekat diantara ketiga tahap itu dengan wujud perbuatan adalah al qudrat. Al qudrat adalah daya penggerak dari jiwa sensitive yaitu makna yang tersimpan dalam otot-otot. Ia adalah momen terakhir yang secara langsung berhubungann dengan wujud perbuatan. Fungsi al qudrat pada dasarnya ialah menggerakkan tubuh. Bentuk gerakan tubuh ditentukan oleh kemauan atau iradat. Berdasarkan salah satu kecenderungan yang inheren didalamnya: positif atau negatif. Positif sebagai reaksi terhadap yang menguntungkan dan negatif sebagai reaksi terhadap hal yang merugikan. 

Dengan pengertian ini, semestinya pada al iradat terdapat kegiatan memilih. Al iradat (kemauan) mempunyai intensitas kepada proses sesudahnya al qudrat. Artinya ia bersifat aktif terhadap al qudrat, sehingga yang disebut terakhir ini menjadi aktual, tidak sekedar potensi. Al iradat tidak mempunyai intesitas kepada proses sebelumnya, yaitu pengetahuan, sebagaimana al qudrat tidak mempunyai intensitas kepada iradat. Al qudrat hanya mempunyai intensitas kepada wujud perbuatan. Berbeda dengan al qudrat, al iradat mempunyai “kekuasaan” yang lebih besar karena ia tidak menerima perintah dari daya sebelumnya, ia mempunyai inisiatif memilih, al iradat menentukan pilihannya berdasarkan pengetahuan.

Daya “mengetahui” mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada al iradat , tetapi ia mempunyai hubungan yang jauh dan terlibat secara langsung dengan perbuatan adalah al iradat dan al qudrat. Sepintas lalu proses terwujudnya perbuatan ini memperlihatkan efektivitas manusia, melalui iradat manusia mempunyai kebebasan dan memlalui al qudrat manusia mempunyai kemampuan pada dirinya untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Disamping itu, Al Ghazaly menyatakan juga didalam buku-buku filsafatnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia terwujud dengan sebab “perbuatan Allah”

Namun demikian Al Ghazaly mendapat sorotan tajam dan dituduh sebagai biang kerok kejumudan pemikiran ummat. Hal ini disebabkan banyak kalangan yang kurang teliti melihat alur pemikiran Al Ghazali. Yang dimaksud adalah andil Allah dalam setiap perilaku manusia maupun makhluk dalam memberikan pengertian baik maupun buruk. Akan tetapi Allah sudah membekali dan memberikan kebebasan untuk memilih dua hal tersebut. Yang akan saya utarakan adalah persoalan awal sebelum kehendak dan kemampuan berbuat itu muncul. Misalnya seorang penulis, maupun pelukis, saat dimana ia melakukan perbuatan tersebut. Ia sebenarnya hanya diam menunggu inspirasi datang kemudian muncul kehendak lalu memerintahkan kemampuan atau iradat untuk melakukan gerakan.

Pengetahuan ini sering disebut dengan pengertian awwali atau ide besar yang belum berupa rangkaian huruf-huruf, bukan rumus-rumus suara, Dia ada meliputi segenap jiwa dan alam. Ialah perintah- perintah atau amar-amar Tuhan yang mengarahkan dan menggerakkan segala-sesuatu. Ialah ruh yang suci, yang tidak bisa digambarkan oleh fikiran, namun Ia hadir dengan perintahnya, tidak berupa suara dan suasana. Dia berkata-kata kepada para penulis novel, dia melukis bersama seniman, dia menuntun lebah merangkai sarangnya, dan semut- semut pun mengerti apa yang mesti dilakukan dalam hidupnya.

Pengertian&endash;pengertian itu datang mengalir secara murni tanpa ada campur tangan makhluk apapun termasuk malaikat. Kita bisa rasakan sendiri hal ini bahwa datangnya perintah terhadap tubuh maupun alam secara alami berlaku pasrah maupun terpaksa. Kita perhatikan orang yang sedang tidur. Ia berbaring tanpa dikendalikan lagi oleh kemauan dan kekuasaan diri. Instrument tubuh bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.bandingkan dengan perilaku alam yang lain seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bumi dan planet-planet lainnya. Semua bergerak teratur menurut perintah Allah. (lihat Surat Al Fushilat 11-12).
Yang membedakan antara manusia dan makhluk lain adalah adanya iradat dalam diri manusia sehingga ia bebas memilih untuk berbuat atau tidak. Akan tetapi manusia tidak bisa menentukan gerakan Ilahi yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu gerak hakiki .

Gerak hakiki adalah gerak dimana Tuhan telah menentukan arah dan kadar fungsinya. Ia tidak akan menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan Tuhan. Ia patuh sebagaimana alam semesta patuh. Ia bersifat pasrah yang dinamis, karena ia mengikuti gerak dan keinginan Ilahi
Para seniman Taichi berprinsip mengikuti irama gerak alam. Tubuhnya dipatok kedalam kekuasaan besar yang meliputinya, ia membiarkan tubuhnya berdiri diatas kelembutan dan kekerasan, sehingga keseimbangan dan keharmonisan segi tiga realitas menjadi puncak prinsip, mikro kosmos, makro kosmos dan metakosmos. Sehingga ia akan mengenal wujud Allah melalui tahapan wilayah-wilayah sampai kepada kesimpulan bahwa semua makhluk adalah fana kecuali wujud Allah Yang Maha Suci.

Gerak hakiki merupakan sunnatullah. Ia bergerak sesuai dengan kehendak Ilahi. Kita tidak bisa menghentikan kehendak hakiki pada tubuh kita untuk mati. Kita tidak pernah merencanakan lahir menjadi seorang laki-laki ataupun perempuan. Kadang-kadang kehendak itu bertentangan dengan kehendak kita. Kita menginginkan hidup seribu tahun lagi, namun ada gerak hakiki yang menghentikan dengan paksa untuk mati diusia belasan tahun.

Dengan mengetahui adanya dua kehendak yang berlangsung dalam diri kita, menandakan adanya bentuk hakikat dan bukan hakikat. Sehingga kehendak yang bukan hakikat semestinya mengikuti gerak hakikat yang menjadi pusat ketentuan dan ide didalam setiap gerak manusia. Maka sesungguhnya fitrah Allah dan fitrah manusia adalah sama (lihat surat Ar Rum: 30). Untuk mengenal hakikat Allah dan mengikuti kehendak- Nya, kita harus berupaya menjalani pendekatan melalui jalan ruhani. Karena Allah sendiri hanya memberikan tanda-tanda atau rambu-rambu dalam meberikan petunjuk menuju pengenalan akan “wujud” (eksistensi Allah).

Pengenalan ini harus kita mulai dengan membuka harus kita mulai dengan membuka wawasan ilmu tauhid kepada Allah, yaitu ilmu yang bersangkut paut masalah hakikat Allah, sifat-sifat Allah, dzat Allah, Af’al Allah. Sebab kalau kita tidak mengenal ilmu ini, maka tentunya kita tidak akan tahu sampai dimana perjalanan kita menuju jalan hakikat. Jalan ruhani akan terhalang jika kita tidak mengetahui akan keadaan Allah secara ilmu. Kita akan terjebak oleh keadaan alam-alam yang menakjubkan didalam fenomena ghaib. Bisa jadi khayalan dan halusinasi seseorang yang bergembira berlebihan akan hidup berkerohanian menyebabkan memori didalam otaknya muncul tatkala ia berkonsentrasi apa yang diinginkan. Keadaan ini sering muncul atau seakan-akan ada orang yang membisikkan untuk melakukan sesuatu. Didalam berguru kepada Allah, hendaknya kita sudah mempersiapkan bekal ilmu yang disebutkan diatas, sebab kita akan memasuki dunia ketuhanan secara total.

Belajar Mengenal Diri



Waspadeng sasmita kaki
Kareben sira waskita
Ulatno njaba njerone
Sak isine alam ndonya
Mengku Dzating Pangeran
Yekti  sapa nora weruh
Uripe pindha raseksa

Amatilah  segala sasmita,seloka, simbol dll anakku
Supaya dirimu menjadi orang yang awas(waskita)
Lihatlah luar dalamnya
Dunia dan isinya ini
Terliputi oleh Dzat  Tuhan
Siapa yang tiada mampu membaca kebesaranNya
Hidupnya seperti  Raksasa (Bodoh)
Di atas itu adalah penggalan bait tembang asmaradana yang saya tulis malam jum’at kliwon kemarin, tembang tersebut mengisyaratkan tentang bahasa Tuhan. Gusti Allah telah menggelar tanda-tanda kebesarannya di alam semesta ini, supaya manusia bisa membacanya (iqra’), Supaya manusia berhati hati dalam hidupnya sehingga bisa bahagia , selamat dunia akherat.

Sebetulnya Tuhan telah mempermudah hamba-hambanya dengan memberikan petunjuk-petunjuk, simbol, gambaran dengan senyata-nyatanya, supaya manusia tidak tersesat dalam mencariNya.
Samodra, gunung, sawah , hutan, pohon, binatang dan sebagainya adalah sebuah peta dariNya, dan apabila kita mampu untuk membacanya, hasilnya kita akan menjadi manusia yang linuwih, waskita atau jalma limpat seprapat tamat.

Terkadang kita dihadapkan oleh kejadian sehari-hari yang kelihatannya biasa saja, padahal kalau kita cermati boleh jadi itu merupakan pepeling , sindiran atau tegoran dari Tuhan. Kesandung, tersedak, klilipan dan lain sebagainya merupakan bahasa-bahasa halus dari Gusti, dan jikalau kita mampu membacanya, bukan tidak mungkin tersimpan pelajaran yang amat dalam.

Sebagai contoh, suatu saat tiba-tiba ada seekor kucing yang pulang ke rumah saya. Mulanya kucing itu selalu diusir oleh istri saya, karena anak saya yang masih kecil sangat ketakutan kalau di dekati kucing. Namun beberapa kali diusir kucing tersebut kembali lagi ke rumah kami, saya mulai memperhatikan kucing tersebut, ternyata kucing tersebut terluka dibagian perutnya, luka itu cukup dalam seperti bekas terkena sayatan benda tajam. Saya merasa kasihan, ketika saya tangkap kucing tersebut tidak berontak sama sekali, malahan ketika lukanya saya obati dengan obat penyembuh luka, kucing tersebut diam saja dan kadang-kadang giginya meringis seperti menahan rasa perih.

Yang aneh lagi kucing tersebut tidak seperti pada umumnya, ketika tidak diberi makan dia tak pernah berani mengambi sendiri, walau dirumah belakang banyak tersedia bahan makanan.Singkat cerita kucing tersebut sembuh dari sakitnya, dan kemudian pergi entah kemana.
Nah beberapa hari kemudian datanglah seorang sahabat ke rumah saya, usut punya usut ternyata dia baru  menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya.

Sahabat tersebut meminta bantuan moril, yaaaach setidaknya minta dikasih saran untuk menyesaikan masalahnya. Ternyat lewat kejadian di atas, Gusti telah mengajari saya untuk belajar, peduli, bijaksana dan welas asih kepada sesama. Banyak lagi kejadian-kejadian yang lucu, namun ternyata menyimpan hikmah yang dalam.
Gusti Allah telah menyederhanakan  segala ilmunya lewat beberapa kitab yang di turunkan dimuka bumi ini, supaya manusia tidak kesulitan dalam mencari jati diri dan mencari Gustinya. Diantara kitab tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kitab Garing (yaitu kitab yang tersurat diantaranya kitab suci, sastra, syair, puisi mistik dll)
Apabila manusia mampu membedah dan memahami apa-apa yang termaktup dalam kitab garing ini, hasilnya menjadi manusia yang winasis, mengerti rahasia yang terdapat dala diri maupun alam ini.
2. Kitab berjalan (Manusia itu sendiri)
Ada hadist yang mashyur di kalangan sufi” Barang siapa kenal dirinya akan mengenal Tuhannya” 

3. Kitab yang tersirat yaitu alam yang sangat luas yang bisa kita saksikan dengan mata telanjang.
QS. 2:164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinyamalam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagimanusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan airitu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itusegala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antaralangit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)bagi kaum yang memikirkan.
Nah, untuk menangkap bahasa Tuhan tersebut ada berberapa teknik atau metode yang telah biasa dikenal oleh orang-orang yang suka mengolah rasanya.

1. Ngaji Diri
Adalah usaha manusia untuk mencari jati dirinya, atau mengetahui sangkan paraning dumadi, sehingga lahir metode-metode yang baru-baru ini digolongkan menjadi  teknik konvensional dan teknik yang modern.Dulu di daerah timur tengah banyak terlahir tarekat-tarekat sedangkan di bumi nusantara melahirkan aliran-aliran kebatinan, yang intinya adalah bermuara pada pencirian jati diri manusia. Referensi dalam rangka pencarian jatidiri ini bisa diambil dari kitab-kitab suci maupun dari pengalaman-pengalaman saat menjalani suluk.Ketika pertama-tama berlatih tafakur dan tahanust dulu, saya sering melihat sosok-sosok yang mengerikan. Pernah ketika baru posisi ruku’ tiba-tiba didepan saya lewat bayangan seekor ular yang besar sekali, juga sewaktu tafakur tiba-tiba ada orang setinggi rumah lewat didepan saya. Saya sendiri tidak pernah memusingkan dari mana dia datang dan siapa dia sebenarnya, mereka selalu saya fahami bahwa semua itu adalah potret-potret diri saya sendiri atau bagian kita sendiri. Karena dengan begitu, kita akan selalu ingat bahwa kita ini makhluk yang lemah yang sering berbuat kesalahan-kesalahan atau kesombongan.

2. Ngaji Ciri
Teknik ini sangat gampang sekali dipraktekan, kita tidak perlu  mengerahkan kekuatan batin atau menggunakan ilmu teropong  bila ingin mengenali atau mengetahui karakter,pola pikir atau budaya yang dianaut oleh individu atau kelompok didaerah tertentu. Caranya adalah dengan ilmu titen, namun tentu saja ilmu titen yang memang didasari oleh riset yang valid adan akurat. Teknik ini bukan berarti untuk mencari borok-borok atau mencampuri urusan orang lain, namun dimaksudkan dengan mengetahui sedini mungkin karakter orang lain atau kelompok masyarakat dimanapun kita tinggal, kita akan gampang menyesuaikan diri atau adaptasi sehingga tidak menimbulkan masalah  atau kontra.

Sebagai contoh, suatu hari saya dan temen  saya yang jadi pengurus RT berkeliling lingkungan untuk mengontrol warga. Sampai di ujung gang ada rumah yang cukup besar, beliau ini ternyata warga baru, teman saya ini tiba-tiba tersenyum,  “Ada apa mas? Kok senyum-senyum sendiri? Tanya saya. “Emang mas herjuno ga lihat gambar yang punya rumah ini, hati hati lho mas, nanti sampeyan kerepotan lho ngurus orang satu ini. Ternyata setelah saya perhatikan, di depan rumah sebelah kiri orang tersebut terdapat Torn air yang tinggi menjulang dan di bawah Torn tersebut  dibuat kerangkeng yang isinya burung oceh-ocehan. Mungkin kalau ditafsir begini ya, burung adalah simbol pikir, sedang air adalah nafsu keindahan. Burung yang dikerangkeng tersebut tidak bisa keluar ataupun tidak ada  burung dari luar yang bisa masuk. Artinya adalah orang ini berkarakter seperti katak dalam tempurung, baginya apa yang difikirkan itu selalu benar dan tak pernah mau menerima pemikiran orang lain, pandai memoles diri sehingga bila di depan saya suka berbicara yang manis-manis namun ternyata bila di belakang saya ,suka ngoceh tidak karuhan seperti burung kutilang yang dikerangkengnya. Waduh jadi curhat ya, sebetulnya ini bukan menilai negatif orang, namun hanya sebagi contoh ternyata untuk mengetahui kejiwaan individu ataupun kelompok itu sangatl mudah. Keadaan jiwa seseorang bisa dilihat dari, bentuk rumahnya, pagernya, cat temboknya, pusaka yang disimpannya, gambar-gambar dalam rumahnya, binatang peliharaanya, tanaman hiasnya, pakaiannya, kerling matanya dan masih banyak lagi.

3. Ngaji Alam
Mungkin ini termasuk dari ilmu Sastra Jendra Hayuningrat, Pak Dhe saya yang SD saja tidak tamat pandai sekali memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang, dan kebanyakan tepat sekali. Beliau ini hanya membaca  fenomena alam  dan setelah melalui Teknik Pengolahan Data yang sangat njlimet akhirnya lahir pengetahuan-pengetahuan yang mencengangkan, dan mungkin seorang sarjana filsafat pun belum tentu bisa menandingi beliau.

Nah, mungkin kalau di antara sahabat-sahabat banyak yang warisan talenta gaibnya sedikit bisa belajar ngaji ciri dan ngaji alam ini, toh nanti hasilnya sama saja, yaitu menjadi manusia-manusia yang “WASPADENG SEMU”
 
 
Blogger Templates