Pages

Labels

Jumat, 18 Juli 2014

Belajar Mengenal Diri



Waspadeng sasmita kaki
Kareben sira waskita
Ulatno njaba njerone
Sak isine alam ndonya
Mengku Dzating Pangeran
Yekti  sapa nora weruh
Uripe pindha raseksa

Amatilah  segala sasmita,seloka, simbol dll anakku
Supaya dirimu menjadi orang yang awas(waskita)
Lihatlah luar dalamnya
Dunia dan isinya ini
Terliputi oleh Dzat  Tuhan
Siapa yang tiada mampu membaca kebesaranNya
Hidupnya seperti  Raksasa (Bodoh)
Di atas itu adalah penggalan bait tembang asmaradana yang saya tulis malam jum’at kliwon kemarin, tembang tersebut mengisyaratkan tentang bahasa Tuhan. Gusti Allah telah menggelar tanda-tanda kebesarannya di alam semesta ini, supaya manusia bisa membacanya (iqra’), Supaya manusia berhati hati dalam hidupnya sehingga bisa bahagia , selamat dunia akherat.

Sebetulnya Tuhan telah mempermudah hamba-hambanya dengan memberikan petunjuk-petunjuk, simbol, gambaran dengan senyata-nyatanya, supaya manusia tidak tersesat dalam mencariNya.
Samodra, gunung, sawah , hutan, pohon, binatang dan sebagainya adalah sebuah peta dariNya, dan apabila kita mampu untuk membacanya, hasilnya kita akan menjadi manusia yang linuwih, waskita atau jalma limpat seprapat tamat.

Terkadang kita dihadapkan oleh kejadian sehari-hari yang kelihatannya biasa saja, padahal kalau kita cermati boleh jadi itu merupakan pepeling , sindiran atau tegoran dari Tuhan. Kesandung, tersedak, klilipan dan lain sebagainya merupakan bahasa-bahasa halus dari Gusti, dan jikalau kita mampu membacanya, bukan tidak mungkin tersimpan pelajaran yang amat dalam.

Sebagai contoh, suatu saat tiba-tiba ada seekor kucing yang pulang ke rumah saya. Mulanya kucing itu selalu diusir oleh istri saya, karena anak saya yang masih kecil sangat ketakutan kalau di dekati kucing. Namun beberapa kali diusir kucing tersebut kembali lagi ke rumah kami, saya mulai memperhatikan kucing tersebut, ternyata kucing tersebut terluka dibagian perutnya, luka itu cukup dalam seperti bekas terkena sayatan benda tajam. Saya merasa kasihan, ketika saya tangkap kucing tersebut tidak berontak sama sekali, malahan ketika lukanya saya obati dengan obat penyembuh luka, kucing tersebut diam saja dan kadang-kadang giginya meringis seperti menahan rasa perih.

Yang aneh lagi kucing tersebut tidak seperti pada umumnya, ketika tidak diberi makan dia tak pernah berani mengambi sendiri, walau dirumah belakang banyak tersedia bahan makanan.Singkat cerita kucing tersebut sembuh dari sakitnya, dan kemudian pergi entah kemana.
Nah beberapa hari kemudian datanglah seorang sahabat ke rumah saya, usut punya usut ternyata dia baru  menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya.

Sahabat tersebut meminta bantuan moril, yaaaach setidaknya minta dikasih saran untuk menyesaikan masalahnya. Ternyat lewat kejadian di atas, Gusti telah mengajari saya untuk belajar, peduli, bijaksana dan welas asih kepada sesama. Banyak lagi kejadian-kejadian yang lucu, namun ternyata menyimpan hikmah yang dalam.
Gusti Allah telah menyederhanakan  segala ilmunya lewat beberapa kitab yang di turunkan dimuka bumi ini, supaya manusia tidak kesulitan dalam mencari jati diri dan mencari Gustinya. Diantara kitab tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kitab Garing (yaitu kitab yang tersurat diantaranya kitab suci, sastra, syair, puisi mistik dll)
Apabila manusia mampu membedah dan memahami apa-apa yang termaktup dalam kitab garing ini, hasilnya menjadi manusia yang winasis, mengerti rahasia yang terdapat dala diri maupun alam ini.
2. Kitab berjalan (Manusia itu sendiri)
Ada hadist yang mashyur di kalangan sufi” Barang siapa kenal dirinya akan mengenal Tuhannya” 

3. Kitab yang tersirat yaitu alam yang sangat luas yang bisa kita saksikan dengan mata telanjang.
QS. 2:164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinyamalam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagimanusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan airitu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itusegala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antaralangit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)bagi kaum yang memikirkan.
Nah, untuk menangkap bahasa Tuhan tersebut ada berberapa teknik atau metode yang telah biasa dikenal oleh orang-orang yang suka mengolah rasanya.

1. Ngaji Diri
Adalah usaha manusia untuk mencari jati dirinya, atau mengetahui sangkan paraning dumadi, sehingga lahir metode-metode yang baru-baru ini digolongkan menjadi  teknik konvensional dan teknik yang modern.Dulu di daerah timur tengah banyak terlahir tarekat-tarekat sedangkan di bumi nusantara melahirkan aliran-aliran kebatinan, yang intinya adalah bermuara pada pencirian jati diri manusia. Referensi dalam rangka pencarian jatidiri ini bisa diambil dari kitab-kitab suci maupun dari pengalaman-pengalaman saat menjalani suluk.Ketika pertama-tama berlatih tafakur dan tahanust dulu, saya sering melihat sosok-sosok yang mengerikan. Pernah ketika baru posisi ruku’ tiba-tiba didepan saya lewat bayangan seekor ular yang besar sekali, juga sewaktu tafakur tiba-tiba ada orang setinggi rumah lewat didepan saya. Saya sendiri tidak pernah memusingkan dari mana dia datang dan siapa dia sebenarnya, mereka selalu saya fahami bahwa semua itu adalah potret-potret diri saya sendiri atau bagian kita sendiri. Karena dengan begitu, kita akan selalu ingat bahwa kita ini makhluk yang lemah yang sering berbuat kesalahan-kesalahan atau kesombongan.

2. Ngaji Ciri
Teknik ini sangat gampang sekali dipraktekan, kita tidak perlu  mengerahkan kekuatan batin atau menggunakan ilmu teropong  bila ingin mengenali atau mengetahui karakter,pola pikir atau budaya yang dianaut oleh individu atau kelompok didaerah tertentu. Caranya adalah dengan ilmu titen, namun tentu saja ilmu titen yang memang didasari oleh riset yang valid adan akurat. Teknik ini bukan berarti untuk mencari borok-borok atau mencampuri urusan orang lain, namun dimaksudkan dengan mengetahui sedini mungkin karakter orang lain atau kelompok masyarakat dimanapun kita tinggal, kita akan gampang menyesuaikan diri atau adaptasi sehingga tidak menimbulkan masalah  atau kontra.

Sebagai contoh, suatu hari saya dan temen  saya yang jadi pengurus RT berkeliling lingkungan untuk mengontrol warga. Sampai di ujung gang ada rumah yang cukup besar, beliau ini ternyata warga baru, teman saya ini tiba-tiba tersenyum,  “Ada apa mas? Kok senyum-senyum sendiri? Tanya saya. “Emang mas herjuno ga lihat gambar yang punya rumah ini, hati hati lho mas, nanti sampeyan kerepotan lho ngurus orang satu ini. Ternyata setelah saya perhatikan, di depan rumah sebelah kiri orang tersebut terdapat Torn air yang tinggi menjulang dan di bawah Torn tersebut  dibuat kerangkeng yang isinya burung oceh-ocehan. Mungkin kalau ditafsir begini ya, burung adalah simbol pikir, sedang air adalah nafsu keindahan. Burung yang dikerangkeng tersebut tidak bisa keluar ataupun tidak ada  burung dari luar yang bisa masuk. Artinya adalah orang ini berkarakter seperti katak dalam tempurung, baginya apa yang difikirkan itu selalu benar dan tak pernah mau menerima pemikiran orang lain, pandai memoles diri sehingga bila di depan saya suka berbicara yang manis-manis namun ternyata bila di belakang saya ,suka ngoceh tidak karuhan seperti burung kutilang yang dikerangkengnya. Waduh jadi curhat ya, sebetulnya ini bukan menilai negatif orang, namun hanya sebagi contoh ternyata untuk mengetahui kejiwaan individu ataupun kelompok itu sangatl mudah. Keadaan jiwa seseorang bisa dilihat dari, bentuk rumahnya, pagernya, cat temboknya, pusaka yang disimpannya, gambar-gambar dalam rumahnya, binatang peliharaanya, tanaman hiasnya, pakaiannya, kerling matanya dan masih banyak lagi.

3. Ngaji Alam
Mungkin ini termasuk dari ilmu Sastra Jendra Hayuningrat, Pak Dhe saya yang SD saja tidak tamat pandai sekali memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang, dan kebanyakan tepat sekali. Beliau ini hanya membaca  fenomena alam  dan setelah melalui Teknik Pengolahan Data yang sangat njlimet akhirnya lahir pengetahuan-pengetahuan yang mencengangkan, dan mungkin seorang sarjana filsafat pun belum tentu bisa menandingi beliau.

Nah, mungkin kalau di antara sahabat-sahabat banyak yang warisan talenta gaibnya sedikit bisa belajar ngaji ciri dan ngaji alam ini, toh nanti hasilnya sama saja, yaitu menjadi manusia-manusia yang “WASPADENG SEMU”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates